Occam’s Razor
Gagasan awal Occam’s razor pertama kali dicetuskan oleh William Occam, seorang filsuf yang cenderung
mempergunakan akal pikiran yang secara logis dalam menjawab pertanyaan terhadap
sebuah peristiwa. Occam menyatakan bahwa: “Plurality should not be posited
without necessity“, artinya bahwa pemikiran yang berjumlah banyak dan kompleks
sebaiknya tidak dipergunakan untuk menjadi sebuah alibi atau argumentasi dalam
memprediksi sebuah kronologi kejadian. Akan tetapi sebuah penyangkaan yang
bersifat sederhana dengan kemungkinan yang lebih sedikit namun teruji secara
empirik merupakan tolak awal sebuah pengungkapan kasus.
Istilah “razor” memiliki
persamaan arti dengan kata silet yang berati pemotongan, pencukuran. Arti luas
dari istilah tersebut adalah setiap kemungkinan yang menjadi asumsi dugaan
kasus berjumlah banyak, rumit, kompleks dan susah diuji sebaiknya “dicukur”
atau dibuang. Sebaiknya mempergunakan asumsi atau dugaan yang lebih sederhana, jumlahnya
sedikit dan bisa diuji.
The Alexiou Principle
Seringnya sebuah kasus kejahatan tidak terungkap oleh
para penegak hukum disebabkan karena mereka kurang terarah dan tidak jelas
dalam menentukan perencanaan dan strategi yang matang dalam melakukan proses
investigasi. Dalam pencarian barang bukti di tempat kejadian perkara, ada teori
yang dinamakan dengan The Alexiou Principle
yang dipaparkan oleh Mike Alexiou. Konsep utama dari Alexiou adalah
a) Pertanyaan
apa yang ingin coba dipecahkan?
b) Data apa yang
dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan itu?
c) Bagaimana cara
untuk memperoleh dan mengekstrak data itu?
d) Informasi apa
yang diperoleh dari data tersebut?
Sebagai contoh dalam pengungkapan sebuah informasi
dalam sebuah data sebuah file gambar dengan nama Wh4Tis1t.png yang kemaren
pernah menjadi salah soal misi dalam sebuah kompetisi online yang
diselenggarakan oleh Indonesia Backtrack Team.
1. Langkah pertama
pasti kita akan membuka file tersebut dengan aplikasi photo pada windows, tapi
ternyata tidak bisa dibuka. Maka kemungkinan sederhana (Occam’ s Razor) adalah
bahwa file tersebut bukan file gambar, meski berekstensi png.
2. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pemeriksaan metadata file tersebut dengan tool exiftool, yang
menampilkan informasi bahwa file tersebut memiliki format error, sehingga tidak
diketahui datanya bertipe apa.
3. Kemudian
petunjuk tersebut dilanjutkan dengan memeriksa isi file tersebut, bisa
menggunakan notepad atau tool strings pada Kali linux, yang menghasilkan
rentetan karakter yang acak menyerupai sebuah enkripsi berbasis Base64.
4. Kemudian enkripsi
tersebut didecodekan dan disimpan hasilnya pada sebuah file. Dan file hasil
dekripsi tersebut diperiksa metadatanya menggunakan exiftool. Dan hasilnya
menunjukan file tersebut merupakan file gambar berekstensi PNG.
5. Setelah dibuka
file tersebut merupakan file batang code menyerupai pin dalam BBM. Oleh karena
itu, kita perlu melakukan scanning batang kode tersebut, informasi apa yang
terkandung di dalamnya. Ternyata hasilnya adalah = 1bT3aMj4b0Det4b3k
Dibuat oleh Andi Novianto
Post a Comment